Selasa, 15 Mei 2012

KESALAHAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

KESALAHAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK

Keluarga (disamping sekolah dan masyarakat) memegang peranan penting dalam pendidikan anak. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting dan paling kritis dalam fase pertumbuhannya, yaitu tahun-tahun pertama dalam kehidupannya (usia pra-sekolah). Pada masa tersebut apa yang ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah sesudahnya.
Para ulama Islam banyak memberikan perhatian dan membahas tentang pentingnya pendidikan melalui keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua orangtua dalam pendidikan anak mengatakan: “Ketahuilah, bahwa anak merupakan amanat bagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya. Jika dibiasakan dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan, dan berbahagialah kedua orang tuanya di dunia dan akhirat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tetapi, jika dibiasakan dengan kejelekan dan dibiarkan tidak didik sebagaimana binatang ternak, niscaya dia akan menjadi jahat dan binasa”.
 Dalam melaksanakan tugas mendidik anak, orang tua harus membekali dirinya dengan pengetahuan dan kearifan. Hal ini dibutuhkan untuk menghindari kesalahan dan penyimpangan dalam melaksanakan tugas mulia tersebut. Berikut ini sebagian kesalahan yang sering dilakukan oleh para orang tua dalam mendidik anak-anaknya :
1.      Ucapan orang tua tidak sesuai dengan perbuatan
Ini merupakan kesalahan terpenting, karena anak belajar dari orang tua banyak hal, tetapi ternyata sering bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak.
2.      Kedua orang tua tidak sepakat atas cara tertentu dalam pendidikan anak
Kadangkala seorang anak melakukan perbuatan tertentu dihadapan kedua orang tuanya, pada saat itu sang ibu memuji dan mendorong sedang sang bapak memperingatkan dan mengancam. Anak akhirnya menjadi bingung, mana yang benar dan mana yang salah di antara keduanya. Hal ini sangat berbahaya, karena akan mengakibatkan anak menjadi bimbang dan segala urusan tidak jelas baginya.
3.      Membiarkan anak menjadi korban televisi
Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak, dan media yang paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dewasa.
Banyak orang tua yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak, fitrah, dan pendidikan mereka. Plomery, seorang peneliti mengatakan: “Anak pada umumnya, dan kebanyakan orang dewasa, cenderung menerima, tanpa mempertanyakan , segala informasi yang tampil di film-film dan kelihatan realistis. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu. Oleh karena itu, anak-anak harus dilindungi dan diawasi dari perangkat yang dapat merusak ini.
4.      Menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh
Kesalahan yang amat serius dan banyak terjadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misal, sibuk dengan karir di luar rumah,  sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak dan menyerahkan anak dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Akibatnya anak akan kehilangan kasih sayang ibu yang sangat dibutuhkannya. Hal ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. Jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kekacauan, keretakan, dan kekerasan.
5.      Orang tua menampakkan kelemahannya dalam mendidik anak
Hal ini banyak terjadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak. Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: “Anak ini mengesalkan. Aku tidak sanggup menghadapinya. Aku tak tahu, apa yang harus aku perbuat dengannya”. Padahal saat itu anak mendengarkan ucapan tersebut, maka anak pun merasa bangga dapat mengganggu ibunya dan membandel karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan cara ini.
6.      Berusaha mengekang anak secara berlebihan
Sebagian orang tua tidak memberi kesempatan bermain, bercanda dan bergerak kepada anak. Ini bertentangan dengan tabiat anak dan bisa membahayakan kesehatannya, karena permainan penting bagi pertumbuhan anak. Permainan di tempat yang bebas dan luas termasuk faktor terpenting yang membantu pertumbuhan fisik anak dan menjaga kesehatannya. Maka seharusnya orang tua tidak mencegah anak-anak yang sedang bermain pasir ketika wisata ke tepi pantai atau di tengah padang pasir, karena itu merupakan waktu bersenang-senang dan bermain bagi mereka, bukan waktu untuk berdisiplin.
7.      Mendidik anak tidak percaya diri dan merendahkan pribadinya
Hal ini banyak terjadi di kalangan bapak-bapak padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya terhadap kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh jadi penakut, lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan sampai ia menjadi dewasa.
Karena itu, seyogianya anak-anak dipersiapkan untuk dapat melaksanakan tugas agama dan dunia. Dan hal ini tidak akan tercapai kecuali dengan mendidik mereka untuk memiliki rasa percaya dan harga diri, namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa diupayakan agar anak dikenalkan pada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah.
sumber: http://www.imadiklus.com/2011/11/kesalahan-orang-tua-dalam-mendidik-anak.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar